Matthew Bellamy, Christopher Wolstenholme, dan Dominic Howard kembali menggebrak kancah musik dunia setelah tiga tahun vakum sejak lahirnya album ke-lima mereka, The Resistance.
The 2nd Law hadir tanpa meninggalkan kesan megah yang sudah menjadi trademark band bentukan asal Devon, Inggris ini. Namun, bukan Muse jika tidak memberikan nuansa yang berbeda pada tiap albumnya.
"Kami nonton konser Skrillex Oktober lalu, dan gila! itu keren banget!" ujar Bellamy, sang frontman, pada NME.
Ya, tidak bosan - bosannya Muse menyuguhkan elemen baru dalam perjalanan karier musik mereka. Kali ini tren musik "jedag - jedug" dubstep pun dijajal oleh Bellamy dkk. Ditanya alasan mengapa memilih dubstep, lebih lanjut ia mengatakan, selera penikmat musik yang sekarang berubah dari betotan bass dan gitar ke tuts - tuts keyboard membuat mereka tertantang. "Kami terinspirasi dari dubstep, tapi kami memberikan sesuatu yang baru. Tetap dari instrumen - instrumen musik."
Masih berbicara seputar realitas dunia, dalam The 2nd Law Bellamy dengan blak - blakan mengkritik ketidakadilan yang kerap terjadi. Lagu "Animals" menceritakan kebencian Bellamy terhadap para korup di Wall Street dengan lirik “Kill yourself / come on and do us all a favor.” Yang spesial di album yang namanya diambil dari hukum kedua Termodinamika ini adalah 2 lagu yang digubah dan juga dinyanyikan oleh sang bassist, Chris Wolstenholme, yaitu Save Me dan Liquid State. Suatu terobosan baru yang berani dibuat oleh band beraliran alternative progressive rock ini.
Jauh berbeda jika dibandingkan dengan Origin Of Symmetry, disebut - sebut sebagai album masterpiece, tetapi The 2nd Law berhasil menyelaraskan dentuman musik dubstep dengan permainan apik bass, gitar, dan juga piano yang menjadi ciri khas Muse. (Ajeng Quamila)
Must - Listen - To Song(s): Panic Station, Madness, Save Me
Rating: 8.5/10
No comments:
Post a Comment